Rabu, 20 Januari 2010

Jangan Berbuat At-Tajassus (Mencari-cari Kesalahan/Kelemahan/Kekurangan Orang Lain)

Jangan Berbuat At-Tajassus (Mencari-cari Kesalahan/Kelemahan/Kekurangan Orang Lain)

Di antara penggunaan alat ini (HP) dalam perkara yang menyelisihi syari’at adalah apa yang dilakukan oleh sebagian orang ketika memanfaatkan alat ini untuk berbuat at tajassus (upaya mencari kesalahan, kelemahan, dan kekurangan orang lain) demi kepentingan pihak tertentu.

Terkadang sebagian orang tadi merekam suatu pembicaraan yang dia dengar dari HP (menyadap) bukan untuk mencari faidah tetapi untuk tujuan mencuri berita dan mencari kesalahan, kelemahan, dan kekurangan pihak lain. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ.

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah berbuat tajassus (mencari-cari keburukan/kejelekan/kesalahan) orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat: 12)


Bimbingan Ketujuhbelas

Berhati-hati dari Beberapa Penyakit Hati: Merasa Dirinya Lebih, ‘Ujub, Bangga Diri, Tertipu, Sombong, Riya’, dan Sum’ah

Penyakit-penyakit tersebut adalah termasuk di antara penyakit berbahaya yang menimpa para pemegang (pengguna) HP, di mana terkadang seorang yang memegang (memiliki) HP itu pada dasarnya tidak ada kepentingan (kebutuhan) dengan HP nya, sehingga tidaklah yang mendorong dia untuk membeli dan menggunakan HP itu kecuali karena didasari sikap bangga diri, ujub, dan merasa dirinya lebih daripada yang lain, dan seterusnya.

Terutama apa yang dilakukan oleh orang-orang “yang selalu mengikuti perkembangan zaman”, tidaklah terlihat olehnya HP model baru di pasar (toko) kecuali dia akan bersegera untuk membelinya dengan harga yang tinggi, padahal HP-nya yang lama masih dimilikinya. Bahkan terkadang HP yang baru tadi tidak ada perbedaannya dengan HP yang lama kecuali hanya bentuk (model)nya saja atau beberapa fasilitas saja.

Dan yang wajib atas seorang muslim untuk bersikap tawadhu’ dan rendah hati terhadap saudara-saudaranya sesama mu’minin. Allah Ta’ala berfirman

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Dan rendahkanlah dirimu (wahai Muhammad) terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syu’ara’: 215)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِـينَ

Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (Al Hijr: 88)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ

Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Nabi Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya (Qarun): “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. (Al-Qashash: 76)

Dan dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ما نقصت صدقة من مالٍ، وما زاد الله عبد بعفو إلا عزا، وما تواضع أحدهم لله إلا رفعه الله

Tidaklah shadqah itu akan mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba karena sifat pemaaf yang ada padanya kecuali tambahan kemuliaan, dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah kecuali pasti Allah akan angkat derajat dia. (HR. Muslim 2588)

Termasuk bentuk sikap tawadhu’ adalah berbicara yang baik dengan orang yang dia telepon dengan pembicaraan yang lembut, penggunaan kata-kata yang mudah, memilih kalimat yang baik, menjauhi perkataan yang kaku dan kasar, terutama ketika bericara dengan orang yang berilmu dan memiliki keutamaan, maka tentunya mereka berhak untuk mendapatkan penghormatan dan pemuliaan yang lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar